5 cara menjadi seorang penulis

Mari Memulai Dengan Senyum
Saya memang bukan siapa-siapa, tapi saya sangat mencintai dunia tulis menulis. Begitu saja sekiranya mengenai diri saya. Punya hoby menulis dan ingin jadi penulis? Gampang banget caranya: Baca saja e-book ini. Temukan 10 langkah Mudah Menjadi Penulis untuk Pemula. Baca dan pahami lalu lakukan jika itu dirasa menyenangkan. Jika tidak? Tekuni hoby yang lain. Di sini juga saya sertakan 40 alamat penerbit yang rata-rata membutuhkan penulis baru. Yang penting senyum dulu deh.

1. Bisa Menulis.
Semua orang bisa menulis –kecuali buta huruf-. Sejak kapan kita mulai belajar untuk menulis? TK, kalau emang kita dulunya sekolah TK. SD kalau kita nggak ngelewati masa TK. Inget kan kita diajari nulis ‘ini budi’ ‘ini bapak budi’ dan bla-bla yang lainnya. Jadi modal utama menjadi penulis adalah bisa menulis. Jadi walau nggak lulus SD tapi bisa nulis, masih terbuka peluang besar untuk jadi penulis. Gampang kan langkah pertama untuk jadi penulis? Masih ragu untuk memulai karier sebagai penulis?

2. Mau Belajar.
Belajar apa? Ada banyak hal yang harus dipelajari untuk menjadi penulis. Pertama: Belajar tanda baca! Hal ini dianggap sepele namun ternyata tanda baca sangat penting. Kapan titik, kapan koma, dan kapan harus besar dan huruf kecil. Kedua: Belajar untuk merangkai kata. Kata seperti apa? Tergantung sekmentasi buku apa yang kita tulis. Kalau fiksi emang harus mau belajar berhayal. Intinya adalah belajar untuk memperpanjang kata, contoh: saya menghadap kebarat! Kata itu harus dibuat menarik ketika kita menulis fiksi. Semisal diubah dengan kata demikina: Ketika awan diufuk barat mulai menguning, aku terdiam terpaku menatap semburatan cahayanya, terpaku diam tak bergerak. Lidahku kelu dan hatiku beku. Otakku enggan untuk berpaling menghadap arah yang berlawanan. Nah mengertikan maksutnya? Belajar untuk merangkai kata. Nggak susah kok kalau sering dipraktekkan. Ketiga: Belajar membaca, lah kok malah belajar membaca? Ya iyalah, dengan membaca kita akan kaya dengan berbagai macam ide dan wawasan. Keempat: Belajar komputer. Karena rata-rata penerbit selalu meminta file dalam bentuk WORD....udah ga jaman naskah ketik manual apalagi ditulis tangan.

3. Mau Mengalah.
Mengalah pada siapa? Ini langkah terpenting dalam kehidupan seorang penulis. Mengalah pada penerbit. Kenapa? Karena kita tidak akan disebut sebagai penulis jika tulisan kita tidak diterbitkan oleh penerbit. Nah, penerbit punya banyak syarat untuk menerbitkan sebuah naskah. Salah satu hal yang paling sering dijadikan alasan penerbit tidak menerbitkan naskah kita adalah masalah pasar. Pasar yang menentukan dan penerbit tentunya punya pandangan tersendiri dari pada apa yang dinamakan pasar. Penyakit penulis pemula adalah rasa percaya diri yang terlalu tinggi. Mereka menganggap tulisannya adalah karya terbaik dan akan menajdi karya yang bestseller! Namun jangan salah! Itulah penyakit penulis pemula. Egois! Jika mau menerbitkan buku, sebaiknya sharinglah dengan editor sebuah penerbit yang anda kehendaki. Karena tanpa penerbit anda bukan siapa-siapa. Dan begitu pula sebaliknya, tanpa penulis, penerbit akan segera gulung tikar. Mengalah dalam hal ini adalah menuruti saran dari penerbit. Biasanya jika tertarik dengan naskah atau gaya penulisan kita, penerbit akan memberikan banyak masukan. Bahkan tidak jarang penerbit yang memesan sebuah tulisan pada salah satu penulis yang dianggapnya mempunyai karakter dan mempunyai gaya tulisan yang unik serta MENJUAL. Jika penerbit punya saran dan ide, sebaiknya pertimbangkan dan ikutilah.

4. Tidak Mudah Putus Asa
Putus asa dalam hal apa? Dalam hal DITOLAK! Sekedar cerita, saya telah menerbitkan 3 buah novel, tapi jangan salah! Saya sudah lebih 10 kali di tolak! Karena apa? Karena tidak sesuai dengan tema naskah yang dicari oleh penerbit. Belakangan saya tidak menulis sebelum menyakinkan diri bahwasanya tema yang akan saya tulis sama dengan penerbit yang saya tuju. Dan hasilnya? Hmmm....waktu tidak mencukupi untuk menulis semua naskah yang diinginkan beberapa penerbit. Cerita lainnya, saya pernah mengirimkan cerpen sebanyak 67 kali ke koran Nasional. Hasilnya? Tidak satupun cerpen saya di terbitkan. Solusinya? Saya mengirimkan beberapa cerpen saya ke koran luar pulau jawa! Banjarmasin, Bali, Sulawesi, Bangka, Sumatra dan hasilnya? 2 dari 5 cerpen yang saya kirim diterbitkan. Jika di tolak oleh penerbit A, belum tentu naskah kita akan di tolak oleh penerbit B. Makanya jangan langsung putus asa apalagi bunuh diri gara-gara naskah kita di tolah. Ada ratusan penerbit di Indonesia.

5. Biar Nggak Mati Ide
Pertanyaan terbanyak dalam hidup saya adalah bagaimana caranya agar ketika menulis tidak mati ide? Dalam 13 kali workshop yang saya hadiri – baik sebagai pembicara utama atau hanya sebagai tamu pendamping pembicara- saya menemukan sebuah cara unik agar ide tidak mati. Pertama: Yakin! Kita harus yakin ketika menemukan ide dan hendak menuliskan ide itu. Keyakinan kita kira-kira begini! Pokoknya ini ide adalah yang terbaik dan aku harus menyelesaikannya! Yakinkan diri kita kalau kita akan bisa menyelesaikan ide itu. Keyakina itu bisanya akan lebih mudah jika dituangakn dalam catatan pendek. Catatan perbab atau judul-judul bab. Semisal. BAB I. Peretmuan si A dan si B. BAB II Pertemuan si A dan si D. BAB III Si B tau kalau si A menyukai si B. Begitu seterusnya hingga BAB Akhir: Endingnya si A mati bunuh diri. Simple kan? Kedua: Ritme penulisa harus benar. Intinya begini, Hilangnya ide dikarenakan pola menulis yang salah. Semisal, kita sehari semalam menghadapi komputer untuk menulis. Tentulah ide akan habis. Caranya? Trik yang sudah saya praktekkan selama ini adalah mengatur waktu dan menentukan target. Satu Novel setebal 150 halaman harus selesai dalam 1 bulan. Jika sehari saya menulis 10 halam, maka dalam 15 hari saja novel itu selesai. Kapan kita menulis? Bangun tidur 3 halaman lalu mandi dan menulis lagi 2 halaman, selanjutnya beraktifitas, main, sekolah, belajar dll. Mau tidur 5 halaman. Selesailah 10 halam dalam waktu 24 jam. Ketiga: Saat menulis trus Blank? Berhentilah menulis, baca ulang catatan yang pernah dibuat soal ide dasar cerita itu. Jika masih blank juga, lakukan aktivitas lain. Jalan-jalan atau baca buku, atau nonton, atau nelpon pacar juga boleh. Keempat: Mengunci ide itu sendiri. Ide datangnya bisa kapan saja. Namun jika ide datang bertubi-tubi? Lupakan yang lain dan fokuskan pada satu ide yang sedang kita tulis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artis tercantik di Indonesia

4 sehat 5 sempurna

Rahasia Mata Korea